Sistem imun tubuhku sedang meronta, layaknya handphone yang harus selalu teirisi. Hari pertama gejala-gejala penurunan sudah muncul, tenggorokan sudah mulai ada kelainan, “ah, mungkin ini hanya kurang minum pikirku.”
Begitupun dengan hari
kedua, tapi lebih parah hidungku mulai tersumbat, temperatur badanku tiba-tiba
meninggi.
“Hari ini kamu harus ke
puskesmas”
“Males ah, paling di
puskemas itu antri, antri,dan antri lagi”
Terjadi peperangan
antara akal dan hatiku, kira-kira mana yang akan ku pilih?
Antrian ke 67
“hhh … apa aku bilang
dari tadi nggak usah ke puskesmas” bathinku meronta.
Sekian menit berikutnya
“Mbak Muthmainnah …”
“iya … iya ..”
“KTP, BPJS”
“Ini …”
“Pak, saya mau minta
surat keterangan berbadan sehat untuk suatu keperluan, saya harus pakai nomor
antrian?”
“Oh, kalau mau ngambil
surat keterangan berbadan sehat tidak usah ambil nomor antrian, langsung masuk
saja”.
“Ha, apa??? kok pegawai
ini kelewatan sekali, nyata-nyata orang sakit malah di suruh antri, otaknya di
taruh di mana ya???” bathinku menjerit.
Miris saya melihatnya,
ada apa ini? Saat itu saya tidak bisa berkata apapun, tetiba mulut terkunci
rapat, bathin saya seakan ingin meledakkan amarah.
“Ini Mbak
kartu-kartunya, silahkan menunggu di
sana untuk pemeriksaan lebih lanjut”.
“Dari tadi ibu antri di
sini?” ( tetiba pertanyaan terucap dari mulutku kepada ibu yang berdiri di
hadapanku)
“iya dari tadi pagi,
tapi tiba-tiba barusan saya melihat dua
orang anak muda yang langsung saja masuk, padahal antrian saya lebih dulu”.
Seorang perempuan
lanjut usia dengan raut wajah yang telah letih menunggu, menunggu untuk di
berikan pertolongan atas penyakit yang di deritanya.
Inikah gambaran dari
pelayan masyarakat?
Mereka bekerja karena
apa?
Hmm … saya hanya bisa
mendo’akan semoga kalian di berikan hidayah dari Allah untuk melaksanakan
kewajiban dengan sebaik-baiknya.
Aamiin …
0 komentar:
Posting Komentar