“Suaminya
meninggal, dia mulai memakai pakaian suami yang tentu saja tidak pantas
untuknya. Dia mulai mengerjakan kebiasaan-kebiasaan mendiang suaminya ketika
hidup, seperti merokok dengan cangklang walaupun para tetangga telah mengatakan
tingkahnya ini agak aneh dan harus di hentikan. Dia terus saja menjadi
pria-wanita bahkan dia tidak terganggu oleh kerancuan identitas seksualnya”.
QZ
7531 akan berangkat sekitar 20 menit lagi, di temani sebuah koper. Aku duduk di
baris ke tujuh dari jejeran bangku di pesawat.
Tujuh,
entah mengapa aku menyukai angka ini, terlahir tepat di hari ke tujuh, langit
berlapis tujuh, dan tentunya tepat tanggal tujuh yang bertepatan dengan hari
kelahiranku Ayahku telah berada di pangkuan-Nya. Yah, mungkin karena alasan
inilah aku menyukai angka tujuh.
Ayah.
Tetiba
aku mengingatnya, dan tentunya mengingat perkataan para pengagum keluarga kami.
Menurutku, rasa sayang mereka berlebihan terhadap ayahku, aku tahu ayahku
pemabuk, pemakai narkoba. Tapi, sekali lagi aku tidak suka jika kalian
menunjukkan kasih sayang kepada beliau dengan perkataan yang hanya menyakitiku.
Terlahir
dari dua aliran yang berbeda, ibu yang taat dan ayah yang ah…., tapi,
bagaimanapun dia adalah ayahku, ayahku, dan ayahku. Ayah yang sangat hebat dan
tidak akan pernah tergantikan sampai namaku tertulis tepat di sebuah nisan.
Ingat
dengan filsafat pasir? Kita seharusnya belajar pada filsafat pasir yang tak
pernah menyimpan dendam pada setiap kaki yang menginjaknya. (Tetiba perkataan
Ayah muncul dalam benakku).
Aku
tidak akan pernah sekalipun akan membagi kasih sayangku, bahkan niatpun aku
enggan. Mereka malaikat tak bersayapku yang kini telah menetap di pembaringan
terakhir. Tidak ada kata “antara Ayah dan Ibu” yang ada hanya “Ayah dan Ibuku”.
“Maaf
Nyonya….,Nyonya…., sejak tadi pesawatnya sudah mendarat” Tetiba seorang pramugari
membangunkanku.
Aku telah mengetuk semua pintu tapi
sia-sia.
Aku telah memasuki sebuah ruangan tapi
tak seorangpun mau menolongku.
Aku merasa kecewa bukan lelah
Aku bukan mencari sebuah atap
Tapi perlindungan
Perlindungan yang mengakui
keberadaanku sebagai manusia biasa.
Sebagai manusia perindu
Perindu kasih sayang
Ya, hanya kasih sayang
Dari Ayah, Ibu, dan tentunya
Suamiku
Yang hanya dapat ku lihat lewat
album kenangan
Itu saja.
Kalian
tahu, fisik suamiku ada di dalam album kenangan. Tapi tidak dengan hatinya. Ia ada
dalam diriku. Dekat. Sangat dekat.
Ia
berada dalam diriku dan oh tentu saja apapun yang ia kenakan akupun akan
mengenakannya
Kalian
paham kan maksudku?
Dan
satu lagi yang mengusik ketenangan kami, maka peluru cantik ini akan tertanam
dalam pemikiran kalian yang begitu mengagumi kami.
Terima
kasih atas kekagumannya
Kami
tak perlu di kagumi
DAN
KALIAN HARUS TAHU, CINTAKU TAK MENGENAL KATA MATI…
Ah,
kata-kata ini seharusnya tertanam dalam hati dan otak kalian. Para pengagum keluargaku.
0 komentar:
Posting Komentar