By Google |
“Nin,
izinkan aku berbagi kisah kehidupan denganmu …”
“Aku
memiliki seorang sahabat, penampilannya tidak jauh berbeda denganmu”
“bersahaja,
lembut, sholehah, dan tentunya berniqob, apakah kau tahu? Ia kini tengah
mengandung anak dari laki yang dulunya tidak ia harapkan menjadi pendamping
hidupnya”.
“ia
berkisah tepatnya setahun yang lalu, ia beberapa kali menjalani proses ta’aruf
dengan dua orang lelaki, proses ta’arufnya hanya beberapa pekan setelah ta’aruf
dengan lelaki pertama tak kesampaian, di tengah proses menuju khitbah ada saja
berbagai alasan untuk membatalkan khitbah tersebut”.
“Kau
percaya kan dengan kalimat “tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki
Nin?”
“Menjelang
beberapa lama kemudian tiba-tiba ibunya ingin menjodohkan ia dengan lelaki yang
bisa di katakan jauh dari agama”.
“Dan
sahabat saya ini berusaha menolak dengan berbagai alasan yang tentunya syar’i dan
dapat di terima oleh logika orangtua. Namun apa hasilnya?”
“Nak
…, Ibu tahu kau lebih mengenal agama daripada ibu tapi, kau tidak lupa kan dengan Firman Allah untuk
berbakti kepada kedua orangtua selain kepada Allah? Ingat nak …, Ridho Allah
bergantung kepada Ridho orangtua”.
“Ra’
…, tapi kondisiku sangat jauh berbeda dengan kondisi sahabatmu itu”
“Apanya
yang berbeda Nin? Sama saja, kalian akan di jodohkan oleh Allah dengan
seseorang yang belum paham agama kan? Dan tolong garis bawahi bukan “tidak
paham” tapi “belum paham” , atau coba jelaskan padaku apa bedanya?”.
***
“ia
pun menangis tanpa bisa berkata apapun di hadapan ibunya …”
“Ra
…, saat itu saya sangat terguncang, saya hanya bisa mengucapkan kalimat ini di
dalam hati, Ma, saya yang akan menjalani
biduk rumah tangga nantinya, saya takut di bimbing oleh seorang imam yang salah
Ma … dan yang ku takutkan saya yang akan terwarnai oleh gaya hidup lelaki itu
Ma …” air matanya terus mengalir di pundakku.
“Sudahlah
Dit …, sekarang saya ingin bertanya padamu, apakah kondisi suamimu sekarang masih sama
seperti pada saat sebelum menikah?”
…………..
“Awalnya
seperti itu Ra, tapi setelah di bimbing olehku dan tentunya do’a yang tanpa
henti mengalir akhirnya sekarang kami sama-sama akan membangun rumah tahfidz,
mohon do’a dan dukungannya
Ra …, ternyata dengan usaha dan do’a suamiku bisa
berubah Alhamdulillah …”
“Pasti
Dit semoga kalian menjadi keluarga yang SAMAWA sampai kakek nenek dan semoga
kegiatanmu berjalannya lancar dan barokah ya …”
Seketika
itu pula saya berkata Allahu Akbar, Allah Maha Mendengar, Allah Maha Penyayang.
Dan
Nona yang cantik nan sholehah …, bagaimana dengan keputusanmu? , hmm … semoga
itu yang terbaik dan jangan lupa sertakan Allah dalam pengambilan keputusanmu …”.
SELESAI.
Amiin....samawa
BalasHapus