By Google |
Bulan purnama melayang pada samudra malam di
atas bumi mesir yang sabar dan makmur di temani riak tenang sungai yang di buai oleh gelapnya malam.
Malam itu di tengah
deru nestapa dan rintik hujan ada secercah senyum kecil yang terlihat dari
wajah seorang gadis manis. Senyum yang tidak biasa. Ia terus-menerus menyebut
kata heka.
Sebuah kata yang
memiliki makna kata yang sangat dalam baginya.
“Kak kata itu selalu
terdengar di telingaku seakan-akan membuatku
ingin menjadi sosok Ankhnesneferibro”.
“Kau tahu dia kan? Ya
dia seorang wanita penyihir di zaman dulu”.
“Aku ingin menyihir
mereka dari berwatak binatang menjadi kembali ke asalnya. tentu saja kembali
menjadi watak manusia. Aku tidak ingin sungai Nil ini menjadi titik puncak
kesombongan manusia yang menyangka bahwa dirinyalah yang berkuasa atas segala
sesuatu selama Nil berada di bawah kakinya katanya”.
“Kekuasaan dapat
membuat manusia menjadi binatang tapi tidak denganmu Kak.Engkau bukan mereka.Engkau
bukanlah kawan penjahat”.
Dan ini mesir kita. Nil
kita.
Tenang. Dalam. dan
tentunya suci.
Sesuci ibu yang telah
melahirkan kita di antara cinta Sungai Nil dan Sungai Walannae.
Mempertemukan Ayah dan
Ibu.
Antara Indonesia dan
Mesir.
Aku sangat merindukan
Ayah dan Ibu kak.
Aku ingin mereka tenang
di sana setenang Sungai Nil dan Sungai Walannae.
Jadi ku mohon
kembalilah seperti dulu kak.
Note:
· Heka adalah sihir pada zaman mesir kuno
bersambungkah??
BalasHapusGa bang..
Hapuskirain bersambung
BalasHapusKenapa tak bersambung? Ahihi
BalasHapusKeren, yah... Indonesia-mesir