Tak terasa delapan bulan ini aku sudah menjadi bagian dari
tenaga pendidik, bagiku menjadi tenaga pendidik adalah sebuah pekerjaan yang tidak
mudah sebab jika kita tidak sengaja salah dalam berucap ataupun salah dalam
tingkah laku maka anak didik kita akan senantiasa mengikutinya.
Bagiku menjadi tenaga
pendidik seharusnya disertai dengan latar belakang “pendidikan” agar tidak
salah arah, Allah mungkin telah menakdirkanku sebagai tenaga pendidik yang
telah DIA tulis dalam kitab Lauhul Mahfudz jauh sebelum bumi dan langit
diciptakan.
Pendidikan Anak Usia Dini, ya… disinilah aku ditakdirkan,
dipertemukan dengan bocah-bocah imut, lucu, menggemaskan, amat sangat nakal nan dirindukan. Disinilah kesabaranku diuji
dan ditempat ini pulalah aku belajar menjadi ibu bagi anak-anakku kelak Insya Allah.
Sekolah ini bernama Sekolah Dunia Anak Islam bertempat di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Di tempat
inilah saya yang hanya dari jurusan non pendidikan diterima dan dipercaya
menjadi tenaga pengajar.
|
Add caption |
Dengan menyebut nama Allah, tepatnya pada tanggal 18 Agustus
2015 saya menginjakkan kaki di sekolah ini.
“Assalamu ‘alaikum bu…”
“Wa’alaikum salam”
“Dengan ibu irma? Yang akan mengajar disini?”
“Iya bu’, Insya Allah” ucapku
Sapaan yang indah dan santun dari seorang guru yang telah
lama mengabdikan dirinya di sekolah ini, beliau kemudian mengajakku memasuki
ruangan kelas dan mempersilahkan mengambil posisi untuk mengajar, dengan perasaan deg-degan dan
jantung hampir copot aku pun hanya tersenyum dan mengatakan :”iya bu, terima
kasih…”
“Ayo tuliskan bu guru, tuliskan pada diriku ini apa yang
engkau ketahui, didik anak muridmu dengan baik dan benar, dan tentunya dengan
kebijaksanaan, ajarkan mereka tentang aqidah dan akhlak, kedua hal ini sangat
penting bagi mereka, agar mereka menjadi anak sholeh dan sholehah hingga kelak
mereka dewasa Insya Allah, dan tentunya menjadi amal jariyah untukmu….”
“Ibu guru dengan engkau memegang diriku dan menuliskannya pada papan tulis maka
akupun mendapat pahala dengan idzin Allah tentunya.
Seolah-olah papan tulis dan spidol ini memiliki ruh dan
ingin mentransfernya dengan cara mengungkapkan kegelisahannya agar bisa
menjadikan akhlak dan aqidah ini terdepan pada diri anak didik di sekolah ini.
Papan tulis dan spidol ini menetap pada sebuah ruangan
sederhana dengan kurang lebih hanya beberapa kursi di dalamnya, satu meja, tiga buah
lemari penyimpan buku dan sebuah cermin yang terpajang pada dinding ruangan
itu.
Disinilah mereka belajar
Disinilah mereka kadang bertengkar
Dan disini pulalah saya juga belajar
Menghadapi beragam karakter
Serta Untuk melahirkan anak-anak didik yang sholeh dan
sholehah
Insya Allah, Aamiin…
NB: papan tulis,cermin, lemari dan spidolnya tak terpoto, maap yak…^^.. ini karena fotonya dadakan dtransfer dari hape teman baru malam ini. maafff saya selalu melupakan untuk mengabadikannya.. maafkan daku....