Aku terlahir sebagai anak tunggal, setiap hari aku membantu ibu menjajakan kue buatannya ke warung-warung langganannya, setelah itu dengan pakaian seragam lusuhku aku berlari sekencang-kencangnya untuk sampai ke sekolah.
Hari ini hari senin pagi, 1
November 2014
“Kenapa kamu terlambat?” Kata
guruku
“Maaf, pak”
Tetiba sebuah cambukan melayang
ke arahku
Prakk
“Aduh sakit” (ucapku lirih)
8 November 2014
“Kenapa kamu terlambat?” Kata
guruku
“Maaf, pak”
Tetiba sebuah cambukan melayang
ke arahku
Prakk
“Aduh sakit” (ucapku lirih)
15 November 2014
“Kenapa kamu terlambat? “Kata guruku
“Maaf, pak”
Tetiba sebuah cambukan melayang
ke arahku
Prakk
“Aduh sakit” (ucapku lirih)
Begitu seterusnya....
Hingga pada akhirnya ku melihat sesosok anak yang
berseragam sekolah, berpakaian lusuh, menjajakan makanannya ke warung yang
berada di dekat rumah, waktu itu aku sedang memanaskan motor untuk bersiap diri
memenuhi kewajibanku sebagai guru sekolah dasar.
“Ha.. ternyata anak yang sering
terlambat itu menjajakan kuenya sebelum ke sekolah, Astaghfirullah ternyata
selama ini aku salah sangka, maafkan bapak nak….
“Ada tabrakan, ada tabrakan”
Seketika itu pula aku beranjak
dari aktivitasku dan melihat manusia-manusia yang telah bergerumul, ingin
melihat siapa yang ditabrak tadi.
“permisi pak,permisi….”
Aku melihat sesosok yang tak asing lagi, berseragam lusuh dengan
beberapa kue yang berserakan.
“Ya Allah…. Dia muridku….
Innalillahiwainnailaihi roji’un….”
“Ya Allah nak, bapak belum sempat
minta maaf”
Dan dalam genggamanya terlihat…
Kepada Bapak Ahmad
Assalamu ‘alaikum pak saya
memohon maaf, selama ini saya suka terlambat, saya kasihan melihat ibu saya,
sejak waktu subuh beliau telah beranjak dari tempat tidurnya untuk membuat kue,
saya tidak tega melihatnya pak, ibu sudah capek-capek bekerja, selain itu ibu
saya juga bekerja dari pukul 08.00 malam sampai pukul 04.00 subuh pak, saya
sangat kasihan dan sayang sama ibu saya, kumohon bapak jangan marahi ibu saya, ibu
saya sudah banting tulang menyekolahkan saya, membelikan apa-apa yang saya
inginkan, saya menjajakan kue ini agar ibu saya tidak bekerja lagi di malam
hari dan agar ibu saya bisa menemani saya di rumah. Mohon maaf pak saya hanya
bisa mengutarakannya lewat tulisan karena saya takut sama bapak. Sekali lagi
saya mohon maaf pak.
Dari : Andi
“ Membaca surat dari anak itu
tiba-tiba air mata saya menetes”
Tetiba terdengar suara
sayup-sayup
“Eh itu khan anaknya si Desi, si
pelacur itu”
“huss jangan ribut !!!”
Tanpa pikir panjang dan dibantu tetangganya saya langsung membawa
jenazah anak ini ke bilik sederhananya.
“Maafkan bapak nak….”jerit bathinku
Huwaaa... ceritanya keren, Mbak. Saya suka banget. Alurnya bikin saya melotot dan terkadang deg-degan juga. Cerdas membuat si tokoh berkarakter..
BalasHapusKalau bisa dibuat cerbung. Atau cerita yang lebih panjang dari ini.
Sukses ya.. terima kasih sudah menginspirasi, di pagi yang tidak begitu cerah ini!
Aamiin terima kasih banyak mbak.. sama sama mbak.. mash perlu banyak belajar hehehe
HapusTuh kan akibat dari suudzon
BalasHapussedih bacanya :(
BalasHapus