Senin, 09 Maret 2015

"Sastra oh Sastra"

Sastra adalah sebuah hasil karya yang tercipta dari ide kreatif pengarang mengenai pandangannya terhadap kehidupan manusia dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra sebagai hasil imajinatif pengarang berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan. Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, dan memberikan makna terhadap kehidupan. Makna terhadap kehidupan misalnya makna kegembiraan atau kesengsaraan.

 Karya sastra sangat erat kaitannya dengan pengarangnya. Karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang berupa ekspresi atau imajinasi yang berasal dari kejiwaan dan emosionalnya yang diungkapkan melalui tokoh dalam karya sastra. Karya sastra yang paling dominan dibaca oleh masyarakat adalah karya sastra yang berupa prosa fiksi. Prosa fiksi merupakan sebuah cerita dari tafsiran pengarang yang mempunyai struktur bangunan yang koheren dan bersifat imajinatif. Yang termasuk prosa fiksi yaitu novel, roman, dan cerpen. Salah satu karya sastra yang dipandang sebagai hasil dialog yang mengangkat dan mengungkapkan kembali berbagai permasalahan kehidupan manusia adalah novel. Novel memberikan pembebasan, pembebasan berasal dari makna karya yang diperoleh pembaca. Makna yang dimaksud adalah yang memberikan semacam  kepuasan kepada pembaca (Susanto, 2012:87).

  Novel Telegram yaitu novel yang menceritakan mengenai keadaan tokoh utama yaitu tokoh aku yang mengalami konflik kejiwaan yang disebabkan oleh adanya masalah-masalah yang timbul dalam kehidupannya, yaitu masalah keluarganya yang berada di daerah bali. Informasi mengenai masalah-masalah keluarganya ini terdapat pada Telegram, berawal dari adanya kiriman Telegram inilah yang membuat pikiran dari tokoh aku terganggu, setelah peristiwa itu dia pun menganggap bahwa Telegram merupakan sesuatu yang menakutkan karena selalu membawa kabar yang menyedihkan, jadi sikap tokoh aku jika setiap kali menerima Telegram yaitu belum sempat membuka apa isinya, pikiran dan perasaan tokoh aku sudah mengembara dengan bebas ke mana-mana artinya dia sering memikirkan hal buruk sebelum membaca isi Telegram tersebut.

 Kelebihan novel telegram yaitu pembauran antara alam sadar dan tak sadar yang direfleksikan ke dalam karya sastra, adanya pembauran antara alam sadar dan tak sadar yang menjadikan novel ini menarik, karena adanya jalan cerita yang berbaur antara alam sadar dan tak sadar manusia sehingga menimbulkan kaitan antara novel dengan teori. Pada novel Telegram karya Putu Wijaya banyak dikisahkan mengenai tokoh utama yaitu tokoh aku yang berfantasi atau berada pada alam tak sadar hal ini kemudian memiliki relevansi dengan teori mekanisme pemertahanan ego berdasarkan psikoanalisis Sigmund Freud dan novel Telegram juga pernah menjadi pemenang Sayembara Roman  Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1971. 
SumberGambar  :penulispro.net

0 komentar:

Posting Komentar