Sabtu, 24 September 2016

Fitrahnya Sebuah Rasa


“Hari ini hari jum’at Al, hari dimana segala do’a di ijabah oleh-Nya, dan saya berdo’a semoga kita semua cepat nikah dan  terhindar dari fitnah..”

“Aamiin…”kataku.

"Kau tahu Al… ini adalah sebuah aib bagiku, yang hanya ku ceritakan padamu, dulu ada seorang lelaki yang begitu perhatian denganku, apapun yang saya pinta pasti ia kabulkan. Entah itu saya meminta tolong kepadanya di bawakan sesuatu ke rumah… maka dengan sigap dan secepat kilat barang itu sudah sampai ke rumah".

"Apapun yang saya torehkan di Facebook ia like dan berkomentar bahkan ia mencari perhatian saya dengan memposting kegiatan dakwahnya dan memposting hal-hal yang berkaitan dengan dakwah. Sampai pada akhirnya ia menikah dengan perempuan lain".

"Kita boleh berencana Allahlah yang menentukan"

"Kau tahu, perempuan itu mudah sekali tersanjung, bahkan mungkin hanya sebuah like dari dia. Perempuan ini pun akan memikirkannya dan sampai akhirnya iapun berpikir bahwa lelaki ini suka dengannya".

"Padahal kau tahu sebagian lelaki itu biasa saja dan mengangggap kebaikan yang mereka lakukan itu adalah hal yang lumrah, bahkan sangat biasa".

"Jadi, pintar-pintarlah dirimu menjaga hati Al.."

“Hati-hati menjaga hati, ada banyak loh kisah akhwat yang jatuh hati lewat sosial media”

Pertama, mereka saling kenal dan  ngobrol lewat inbox sekian lama sampai akhirnya ikhwan ini meminta foto si akhwat, akhwatpun memperlihatkan fotonya dan pada akhirnya kau tahu apa yang terjadi? Setelah melihat foto akhwat itu, ikhwan ini kemudian tiba-tiba menghilang tanpa ada kabar. Tega banget ya…

Kedua, mereka berkenalan di tempat yang sama FB. Lagi-lagi beda kota. Merekapun bersepakat saling bertemu, ikhwan mengirim uang transport ke akhwat. Katanya kalau sudah sampai, maka mereka akan menikah di kota tempat tinggal ikhwan, akhwat inipun dengan berani menemui yang katanya “belahan jiwanya”. Tapi sesampainya di sana, si akhwat tidak menemui ikhwan ini. Kasihan akhwatnya.

Ketiga, saya mendengar cerita dari seorang kakak, katanya ada beberapa lelaki yang emang serius menikahi kekasih yang walaupun beda kota loh, mudah-mudahan termasuk kamu Al…

“Hmm..terakhir yang ingin ku katakan adalah, laki-laki itu tidak hanya mementingkan rasa, tapi mereka juga mempertimbangkan segala sesuatunya, dan pasti keluarganyapun ikut campur, mempertimbangkan segala sesuatunya ya, termasuk beda kota. Butuh biaya tak sedikit Al…, saya tau perasaan itu datangnya dari Allah dan itu manusiawi.. tapi..

“ saya nggak tau, yang saya tahu saat ini saya menyayanginya. Kau pasti tahu bagaimana perasaan 
perempuan ketika jatuh cinta Nad…”










Hati Yang Tersakiti


Saya masih sangat memikirkan cerita cinta dari seorang kakak perempuan, ia cantik, berprofesi sebagai pendidik, dan sholehah pastinya. 

Dulu, ia sangat mencintai seorang lelaki yang ia kenal di sebuah kampus. Teman sekelas lebih tepatnya. Mereka menjalin ikatan sampai akhirnya lelaki ini memperkenalkan kakak cantik ini ke keluarganya.

Dari kisahnya saya berkesimpulan kakak ini sudah demikian akrabnya dengan keluarga lelaki ini. Dan nantinya mereka akan menikah. Tapi takdir berkata lain. Kekasih kakak ini lebih memilih untuk melanjutkan studinya ke sebuah negeri.

Ketika ia bercerita tentang kisahnya, ia mengatakan dengan bernada emosi” selama ia melanjutkan studi di sana, ia tak pernah sekalipun menghubungi saya, hanya saya yang menghubunginya. Menunggu chat darinya dan hasilnya nihil”.

Pada akhirnya saya menenenangkan beliau “mungkin kak, beliau sedang sibuk, tidak mau di ganggu dulu untuk sementara”. Tapi dengan nada emosi ia berkata “tidak, ia tidak seperti itu sebelum-sebelumnya, dan perkataan inipun terulang kembali.

“kenapa ia memperkenalkan saya ke keluarganya?”

Tangan saya tiba-tiba kaku, tidak bisa mengetik apapun untuk menjawab kalimat yang terlontar itu.

Beliau menetap di sebuah kota, kota di indonesia yang dijuluki “kota salju abadi”. Saya salut dengan kakak ini meskipun begitu ia tetap berhubungan baik dengan keluarga kakak lelaki ini. Membelikan mainan buat ponakan-ponakannya. Dan ia saya anggap sebagai kakak saya sendiri.

Ya, beliau sudah saya anggap sebagai kakak kandung saya meskipun lelaki yang saya ceritakan ini memilih perempuan lain. kakak lelaki ini adalah kakak kandung saya.

Di satu sisi sebagai adik tentunya saya tidak bisa menyalahkan kakak karena lebih memilih perempuan lain sebagai teman hidupnya. Mungkin ini yang di sebut sebagai jodoh, karena kematian, rezeki, dan jodoh adalah hal yang tersembunyi. Tak seorangpun bisa mengetahuinya.

Allah lah yang berkehendak

Tapi di sisi lain, saya.. huft.. tidak bisa berkata apa-apa lagi. Saya tau perasaan kakak sebagai perempuan. Sangat sakit.

Pada saat di rumah sedang berkumpul, ia kemudian mengatakan alasan mengapa memilih wanita lain. Pertama, karena alasan jarak. Pasti banyak biaya yang akan di keluarkan. Kami beda kota.
Kedua, setelah saya mengetahui seluk beluk keluarganya. Saya berkesimpulan bahwa ketika kami bersatu maka akan terjadi ketidakcocokan di antara ibu. Antara ibu kami dan ibunya.

Sebagai saudara-saudaranya kami tak bisa menganggu keputusannya.


dan sampai sekarang saya merasakan luka yang beliau rasakan.  

Minggu, 11 September 2016

Surat Seorang Pengantin







Dear kekasihku,

Waktu terus menguap di pukuli detak-detak jam dan jarumnya yang tajam juga tak henti mengukir wajahku dengan pahatannya yang dalam, menghapus impian kita tentang sebuah halaman kecil dengan anak-anak kecil yang bermain di dalamnya.

Aku bangun sebuah rumah di batinku untukmu. Di situ, aku membayangkan kau tersenyum menyiram bunga di halaman setiap harinya.

Dulu, cintamulah yang membuat ketidakwarasanku, sepasang ginjal yang seharusnya ada di tubuhmu dengan rela kau berikan salah satunya pada ibuku yang bahkan bagi sebagian mereka adalah hal yang mustahil sebab kita belum sah secara agama beberapa tahun silam.

Ketidakwarasanku yang menunggumu, menunggumu tiba dengan kereta yang dulu membawamu pergi dengan cinta.

Cinta pada negeri katamu Saat itu aku tak bisa melepaskanmu. Dan kau tahu sayang beberapa menit sebelum kepergianmu aku ingin menyampaikan bahwa telah ada malaikat kecil di rahimku.

Dan keretapun berderek menjauh. Aku  melambai. Kau tahu, kita seperti rel yang menggerakkan kereta itu beriringan berdampingan tapi tidak bisa bertemu pada satu titik. Di situ senyumku abadi untukmu.

“Aku melihat kamulah yang mempercantik gaun itu, aura keibuanmu terpancar sayang, dan saya tidak menyangka engkaulah yang akan menjadi ibu dari anak-anakku”. Kalimat yang keluar dari lisanmu waktu itu.

Kelak akan ada yang tiba-tiba terjatuh ketika kita membuka-buka album, selembar potret, potret mayat yang meregang. Entah mengapa kau tiba-tiba berkata seperti itu tempo hari. dan ini seperti do’a yang langsung diijabah oleh-Nya.

Pada bagian mana dari rasa cinta yang belum melukaimu? Seperti ada  yang tiba-tiba  berbisik di telingaku.


Asal kau tahu sayang dulu, kini, selamanya rinduku tak mengenal kata rehat untukmu.

Kamis, 08 September 2016

Cuap Cuap Tere Liye

Hari Ahad yang lalu tepatnya tanggal 4 September 2016  adalah jadwalku menuju kampus Universitas Hasanuddin, bukan ingin bertemu kampusnya, tapi … ingin ketemu salah satu penulis yang sangat menginspirasi.

Yaitu …Tere Liye....

Di hari itu aku tidak dapat fotonya… hiks… kamera HP ku jelek di tambah saya lupa minjem kamera kakak…., dan bencana kedua adalah gegara buru-buru dan tidak bawa novel-novelnya aku juga tidak dapat tanda-tangannya… hiks..hiks…

Ya sudahlah lupakan kecerobohanmu Ir….

Di sana saya dapat banyak ilmu di antaranya :

Katanya kalau ingin menjadi penulis itu kita harus memiliki motivasi, kedua apa yang kemudian harus di tulis, dan yang ketiga bagaimana memulai karir kepenulisan kita.
Jadi itu aja?

Ga dong, beliau juga menceritakan bagaimana kemudian novel-novelnya di tolak oleh beberapa  penerbit, di kala mentok atau tetiba ga ada ide dalam nulis dan lain lain.

Tau novel Hafalan Shalat Delisa kan? Ya pasti tahulah. Kata beliau novel Hafalan Shalat Delisa itu belum selesei loh. Katanya pada kejadian Delisa selesei shalat harusnya Delisa masih harus di tanya tentang hakikat surah-surah yang ia baca. Tapi, kenyataannya Bang Tere mentok langsung pada ide cerita yang tiba-tiba Delisa menemukan cincin.

Kata beliau cerita belum selesei tapi udah di tonton oleh 30 juta orang. Masya Allah….
Dan katanya Novel Hafalan Shalat Delisa  juga pernah di taruh di rak bagian Hafalan Shalat bukan di bagian Novel hehe…

Beliau juga cerita pada saat ia ingin melanjutkan cerita pada novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu, kata beliau pada saat itu ga ada ide sama sekali untuk meneruskan ceritanya. Maka yang di tulis di laptopnya adalah

“saya ga tau mau nulis apa”

Hehe… Bang Tere Lucu Bingits….

Pernah juga suatu ketika Bang Tere di tanya oleh Ibu Rumah Tangga:
“ Bang, bagaimana saya memulai menulis? Saya juga berkeinginan menjadi penulis Bang”,  kata Bang Tere tulislah setiap resep masakan ibu setiap harinya. Maka, seiiring berjalannya waktu Sang Ibupun menulis resep-resep masakan setiap harinya di Blognya.. dan beberapa bulan kemudian ada penerbit yang menemukan dan melirik blog Ibu itu. Masya Allah sangat menginspirasi.

Dan….Kata Bang Tere ….
Menulis itu  adalah pekerjaan yang di laksanakan dengan enjoy dan katanya penulis yang baik adalah penulis yang tulisannya di kenal bukan orangnya.

Demikian... semoga bermanfaat..