Selasa, 27 Desember 2016

"Kancil dan Harimau"

Image by Google
Di sebuah hutan belantara hiduplah beberapa ekor harimau.

‘Howaaa … pagi ini aku lapar sekali. Perutku sangat keroncongan. Persediaan makanan masih ada tidak?”

“Tunggu. Aku lihat dulu” kata harimau yang lain.
“Wah sudah habis kawan. Bagaimana ini? Aku juga sudah sangat lapar …”
“Tunggu aku ada ide. Bagaimana kalau kita ke hutan seberang?”
“saya dengar-dengar di sana banyak persediaan makanan”.
“Baik. Kapan kita akan ke sana?”

“Besok …!”
“Ya … sekaranglah.”
Para harimau yang kelaparanpun berangkat ke hutan seberang untuk mencari makan.

***
Setibanya di hutan.
“Eh kawan lihat itu. Ada seekor kancil yang sedang meminum air. Itu bagianku yah karena aku yang pertama kali melihatnya.
Dan tiba-tiba saja salah satu harimau sudah berlari menuju kancil.

Kancil kaget dan secara spontan membalikkan badannya.
“waduh ada harimau ..”
Kancil pun berlari dengan sekuat tenaga dan pada akhirnya tiba di sebuah goa. Ia pun masuk dan terkejut dengan keadaan di sekitar goa tersebut karena di dalam goa terdapat banyak tulang belulang yang berserakan.
“aduh apa ini. Banyak sekali tulang belulang …”

Tiba-tiba saja terdengar suara yang menggelegar dari dalam goa serupa suara raksasa.
“Suara apa itu?” kata kancil
Kancil pun mencari sumber suara tersebut tapi pada akhirnya tidak menemukan apapun di dalam goa itu.

Ia mencoba berteriak kembali
“Siapa di sana?”
Dan kembali seperti suara raksasa kembali menggema …
“Wah. goa ini bisa memantulkan suara.”

Kemudian tanpa kancil sadari tiba-tiba terdengar suara dari luar goa.
“Hei Kancil keluarlah kau. Kami tahu kau ada di dalam. Kalau kau tidak keluar kami akan masuk dan langsung memangsamu. Hahaha …”

“Aduh bagaimana ini. Bagaimana kalau aku berpura-pura saja jadi raksasa goa. Suara ku kan bisa berubah menjadi suara raksasa jika berteriak di dalam goa ini. Aku katakan saja

“Hei harimau pergi kau dari sini! Kalau tidak akan ku mangsa kau”
 Dengan membuang salah satu tulang keluar goa. Akal licik kancil mulai bereaksi.
“Hei kancil keluarlah!!!”

“Ah … tidak. Aku tidak ingin membohongi mereka. Itu tidak baik”.kancil mulai tersadar akan akal liciknya.

***
Tiba-tiba kancil keluar dari goa.
“Wahai para harimau. Janganlah memakan aku. aku mohon. aku akan membantumu mencari makanan di hutan ini.”

“Ha … apa katamu? mana ada makanan? Kaulah makanan kami.”
Pada saat itu salah satu harimau akan melompat ke arah kancil dan tiba-tiba harimau yang lain menghalanginya.

“Jangan kawan. Benar kata kancil kita jangan memangsanya. Ia sudah keluar dari goa dan telah berani berkata jujur dengan kita. Jadi lebih baik kita mengikuti apa yang di katakan oleh Kancil.”

Pada akhirnya mereka pun bersahabat dan mencari makan bersama-sama.



Minggu, 18 Desember 2016

Aleppo maafkan kami

Image by Google
Aleppo
Maafkan kami yang dalam menatap hening melihat mayat-mayat bayi harus merasakan sakit yang teramat dalam.

Aleppo
Maafkan kami yang telah membunuhmu.
Membunuhmu dengan keacuhan dan ketidakpedulian akibat cinta kami terhadap dunia.

Aleppo
Maafkan kami yang telah tuli dan bisu.
Tuli dan bisu akan kekejaman kaum tak berprikemanusiaan terhadapmu.

Aleppo
Maafkan kami yang sangat terlambat mengguncang arsy-Nya ketika dirimu telah terhimpit.

Tapi. kau tentunya tahu bagi Rabb kita tak ada kata terlambat untuk mengguncang arsy-Nya.

Sejumput do’amu do’a kita dan do’a semua akan membumbung tinggi ke angkasa menggetarkan arsy  Sang  Maha Pengasih agar di berikan sebongkah kekuatan dan segunung kesabaran.

Biarkan do’a-do’a kita menyatu di langit walau jasad kita tak bertemu.

Ya Rabb berilah pertolongan kepada kami. Kepada saudara-saudara kami dan pejuang-pejuang agama-Mu di belahan bumi lainnya.

Berikanlah hidayah kepada kaum yang tak berprikemanusiaan itu dengan izin-Mu dan pertemukan kami di jannah-Mu kelak.

Aamiin allahumma Aamiin.



Senin, 12 Desember 2016

"Ini Negeri Tragedi"

Image by Google
Seketika aku terjaga dan memandang sekelilingku ku lihat gunung berapi memuntahkan nyala api.
Seperti bunyi desing peluru dan dantum bom yang telah memunaskan bumi kami.

Aku pun seakan binasa sebab seseorang yang katanya kaum gerilyawan tak pernah lupa menaksir-naksir bagian tubuhku yang tertutup. Ya seperti seekor gagak yang sedang menaksir-naksir calon bangkai.

Namaku Siti
Hanya seorang gadis kumuh yang saat ini sedang mengandung benih haram penjajah yang kelak bila lahir akan langsung menjadi musuh.

Ini negeri tragedi.
Tempat aku menangis saat lahir. 
Aku banyak bersedih dan menangis di sini.

Ingin menjadi rakyat di negeri kami?
Tidak sulit. Cukup punya kesedihan dan air mata.

Mungkin negeri kami tak akan kokoh tanpa kekejaman. Kebengisan dan air mata.
Aku tak ingin menyumpahi mereka agar terkena serpihan ledakan.

Namaku Siti
Aku tak ingin kebencianku berkecamuk dan berkembang subur seperti tanaman yang tumbuh hijau beberapa bulan yang lalu di negeriku.

Ini negeri tragedi.
Tempat aku menangis saat lahir dan ingin di tangisi ketika mati.

Namaku Siti.

Hanya seorang calon Ibu.

Kamis, 01 Desember 2016

"Dawai Biola Dan Kamu"


Nada yang bersumber dari dawai biola itu membuatku mengingatmu.
Di senin sore. Di balik jendela dan hanya kamu.

Tiba-tiba aku ingin menjadi nada
Nada yang bersumber dari not-not yang indah yang kau perdengarkan padaku dulu

Seakan ingin menemui kamu selain hanya lewat ingatan yang paling rindu

Jika setiap pertemuan adalah takdir yang telah di tentukan maka aku yakin bahwa tak ada pertemuan yang sia-sia sekalipun kelak akan berakhir pada perpisahan.

Dan aku yakin kita pasti bertemu
Suatu saat nanti.


"Sangkarku Sayang"



Aku memandang dari balik sangkar koloni sebuah tempat dimana aku hanya bisa memandang dunia luar hanya di balik tempat itu.

Katanya mereka sangat menyayangiku sehingga di tempatkan di ruangan itu.

Sebuah tempat yang telah menjadi kehidupan bagiku. Suami. Saudara. Dan beberapa anak telah lahir dari rahimku.

Ketika setiap hari sang fajar telah bangkit dari peraduannya aku seakan-akan mendengar lengkingan suara dari kawan-kawanku yang tengah berada di seluruh pelosok dunia.

Entah mereka sedang berada di sebuah sangkar koloni atau di sebuah sangkar jebakan.

Kami hanya makhluk Tuhan yang menginginkan kedamaian tanpa dijadikan tokoh utama sebuah pertarungan atau aduan dengan kawan sehabitat kami.


Tiba-tiba aku ingin menjadi seekor burung saja. melesat terbang melewati birunya langit. Dinginnya udara. Indahnya pelangi. Dan terbebas dari kata sangkar.

Tapi. Ah sudahlah...