Sabtu, 24 September 2016

Hati Yang Tersakiti


Saya masih sangat memikirkan cerita cinta dari seorang kakak perempuan, ia cantik, berprofesi sebagai pendidik, dan sholehah pastinya. 

Dulu, ia sangat mencintai seorang lelaki yang ia kenal di sebuah kampus. Teman sekelas lebih tepatnya. Mereka menjalin ikatan sampai akhirnya lelaki ini memperkenalkan kakak cantik ini ke keluarganya.

Dari kisahnya saya berkesimpulan kakak ini sudah demikian akrabnya dengan keluarga lelaki ini. Dan nantinya mereka akan menikah. Tapi takdir berkata lain. Kekasih kakak ini lebih memilih untuk melanjutkan studinya ke sebuah negeri.

Ketika ia bercerita tentang kisahnya, ia mengatakan dengan bernada emosi” selama ia melanjutkan studi di sana, ia tak pernah sekalipun menghubungi saya, hanya saya yang menghubunginya. Menunggu chat darinya dan hasilnya nihil”.

Pada akhirnya saya menenenangkan beliau “mungkin kak, beliau sedang sibuk, tidak mau di ganggu dulu untuk sementara”. Tapi dengan nada emosi ia berkata “tidak, ia tidak seperti itu sebelum-sebelumnya, dan perkataan inipun terulang kembali.

“kenapa ia memperkenalkan saya ke keluarganya?”

Tangan saya tiba-tiba kaku, tidak bisa mengetik apapun untuk menjawab kalimat yang terlontar itu.

Beliau menetap di sebuah kota, kota di indonesia yang dijuluki “kota salju abadi”. Saya salut dengan kakak ini meskipun begitu ia tetap berhubungan baik dengan keluarga kakak lelaki ini. Membelikan mainan buat ponakan-ponakannya. Dan ia saya anggap sebagai kakak saya sendiri.

Ya, beliau sudah saya anggap sebagai kakak kandung saya meskipun lelaki yang saya ceritakan ini memilih perempuan lain. kakak lelaki ini adalah kakak kandung saya.

Di satu sisi sebagai adik tentunya saya tidak bisa menyalahkan kakak karena lebih memilih perempuan lain sebagai teman hidupnya. Mungkin ini yang di sebut sebagai jodoh, karena kematian, rezeki, dan jodoh adalah hal yang tersembunyi. Tak seorangpun bisa mengetahuinya.

Allah lah yang berkehendak

Tapi di sisi lain, saya.. huft.. tidak bisa berkata apa-apa lagi. Saya tau perasaan kakak sebagai perempuan. Sangat sakit.

Pada saat di rumah sedang berkumpul, ia kemudian mengatakan alasan mengapa memilih wanita lain. Pertama, karena alasan jarak. Pasti banyak biaya yang akan di keluarkan. Kami beda kota.
Kedua, setelah saya mengetahui seluk beluk keluarganya. Saya berkesimpulan bahwa ketika kami bersatu maka akan terjadi ketidakcocokan di antara ibu. Antara ibu kami dan ibunya.

Sebagai saudara-saudaranya kami tak bisa menganggu keputusannya.


dan sampai sekarang saya merasakan luka yang beliau rasakan.  

0 komentar:

Posting Komentar