Minggu, 19 Maret 2017

"Apakah Ia Jodohku?" bagian 2


By Google
“Nin, izinkan aku berbagi kisah kehidupan denganmu …”
“Aku memiliki seorang sahabat, penampilannya tidak jauh berbeda denganmu”

“bersahaja, lembut, sholehah, dan tentunya berniqob, apakah kau tahu? Ia kini tengah mengandung anak dari laki yang dulunya tidak ia harapkan menjadi pendamping hidupnya”.

“ia berkisah tepatnya setahun yang lalu, ia beberapa kali menjalani proses ta’aruf dengan dua orang lelaki, proses ta’arufnya hanya beberapa pekan setelah ta’aruf dengan lelaki pertama tak kesampaian, di tengah proses menuju khitbah ada saja berbagai alasan untuk membatalkan khitbah tersebut”.

“Kau percaya kan dengan kalimat “tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki Nin?”
“Menjelang beberapa lama kemudian tiba-tiba ibunya ingin menjodohkan ia dengan lelaki yang bisa di katakan jauh dari agama”.

“Dan sahabat saya ini berusaha menolak dengan berbagai alasan yang tentunya syar’i dan dapat di terima oleh logika orangtua. Namun apa hasilnya?”

“Nak …, Ibu tahu kau lebih mengenal agama daripada ibu tapi,  kau tidak lupa kan dengan Firman Allah untuk berbakti kepada kedua orangtua selain kepada Allah? Ingat nak …, Ridho Allah bergantung kepada Ridho orangtua”.

“Ra’ …, tapi kondisiku sangat jauh berbeda dengan kondisi sahabatmu itu”
“Apanya yang berbeda Nin? Sama saja, kalian akan di jodohkan oleh Allah dengan seseorang yang belum paham agama kan? Dan tolong garis bawahi bukan “tidak paham” tapi “belum paham” , atau coba jelaskan padaku apa bedanya?”.

***

“ia pun menangis tanpa bisa berkata apapun di hadapan ibunya …”
“Ra …, saat itu saya sangat terguncang, saya hanya bisa mengucapkan kalimat ini di dalam hati,  Ma, saya yang akan menjalani biduk rumah tangga nantinya, saya takut di bimbing oleh seorang imam yang salah Ma … dan yang ku takutkan saya yang akan terwarnai oleh gaya hidup lelaki itu Ma …” air matanya terus mengalir di pundakku.

“Sudahlah Dit …, sekarang saya ingin bertanya padamu,  apakah kondisi suamimu sekarang masih sama seperti pada saat sebelum menikah?”

…………..

“Awalnya seperti itu Ra, tapi setelah di bimbing olehku dan tentunya do’a yang tanpa henti mengalir akhirnya sekarang kami sama-sama akan membangun rumah tahfidz, mohon do’a dan dukungannya 
Ra …, ternyata dengan usaha dan do’a suamiku bisa berubah Alhamdulillah …”

“Pasti Dit semoga kalian menjadi keluarga yang SAMAWA sampai kakek nenek dan semoga kegiatanmu berjalannya lancar dan barokah ya …”

Seketika itu pula saya berkata Allahu Akbar, Allah Maha Mendengar, Allah Maha Penyayang.
Dan Nona yang cantik nan sholehah …, bagaimana dengan keputusanmu? , hmm … semoga itu yang terbaik dan jangan lupa sertakan Allah dalam pengambilan keputusanmu …”.



SELESAI.

1 komentar: