Minggu, 24 April 2016

"Maafkan Aku Ayah"

Aku lebih memilihnya bukan tanpa alasan selain baik, ia juga bisa menjadi imam untukku, pertemuan pertama itu berawal lewat sosial media.

Penasaran dengan dirinya pada akhirnya akupun memberanikan diri membuka “Rumah” Facebooknya, postingan-postingan tentang dakwah berjejer dengan rapi, mengenai ukhuwah, muamalah, pernikahan, dan lain sebagainya.

Ternyata dia juga berteman dengan sepupuku, jadi aku tidak khawatir lagi apakah memang kepribadiannya sama dengan isi dari tiap postingannya. Dan Masya Allah ternyata karakternya memang seperti itu.

“Kita itu dari keluarga terhormat, kakak-kakakmu itu menikah dengan anggota prajurit TNI, masa’ kamu yang lulusan universitas akan menikah dengan  pria berjenggot yang hanya lulusan pesantren, mau di beri makan apa kamu, ha?”

Kata-kata ayah begitu menusukku, kata-kata ini begitu melekat sampai saat ini hingga buah hatiku kini telah berusia 2 tahun, kata-kata Ayah masih terngiang dengan jelas di telingaku.

Tiga tahun silam, aku di perkenalkan dengan seorang yang katanya anggota TNI, pilihan ayahku, ya seperti lelaki pada umumnya dia gagah, putih, tinggi, ia sering mengajakku jalan. Aku tak bisa menolak sebab ini permintaan ayah.

Tiba-tiba jiwaku seakan menasehatiku
“Dia bukan lelaki baik Na, lihat saja pada saat kamu jalan dengannya, sempat-sempatnya ia melirik perempuan lain”.

Kata hati memang tak pernah salah, sehari setelah kejadian itu aku mendengar kabar dari sepupuku katanya ia melihat cowokku berjalan dengan wanita lain, sebagai perempuan normal hatiku begitu pedih mendengarnya.

Ku bulatkan niatku untuk berkata pada ayah bahwa pilihanku jatuh pada pemuda itu, meskipun perawakannya biasa saja tetapi hatiku telah terpaut padanya.

Maafkan aku Ayah, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu, aku lebih memilih imam yang akan membimbingku menjadi wanita sholehah di dunia dan akhirat daripada memilih lelaki yang tidak mementingkan akhiratnya.

Sumber Gambar : www.tigasiku.com






2 komentar: