Jumat, 15 April 2016

"Maafkan Bapak Nak Part 2"

Aku tidak tahu harus bagaimana lagi saat dokter mengatakan ibuku sudah tidak dapat tertolong lagi, pada saat itu di pikiranku hanya ada rasa benci, muak dengan Tuhan.

Seperti bom yang meledak, diriku terus-menerus menghujat-Nya tanpa ada sedikitpun cela

"Mengapa kau mengambil ibuku?"

"Mengapa kau mengambil ayahku?"

"Mengapa kau mengambil semuanya dariku?"

"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?"

Tuhan sangat tidak adil, dua tahun lalu dia jugalah yang mengambil ayahku, kata dokter pembuluh darah ayahku seketika pecah ketika beliau terjatuh di toilet.

"Tuhan apa salahku?"

Dan pada akhirnya menjajakan diri menjadi pilihan utama bagiku untuk menyambung hidup, apalagi yang ku harapkan dari diriku yang lulus sekolah dasar pun tidak.

Dua belas bulan telah ku jalani kehidupan yang hatiku pun sebenarnya menolak untuk menerimanya, buah hatiku pun hadir tanpa menolak pemberian dari_Nya. Akupun mengurusnya sepenuh hatiku. namanya Andi yang beberapa hari lalu telah memenuhi panggilan_Nya karena tabrakan.

Tuhan, kapankah kebahagiaan itu menyapaku?


0 komentar:

Posting Komentar