Rabu, 23 November 2016

"Jiwa Seorang Musikus"




Ia seorang musikus berusia 45 tahun sedang menderita insomnia kronis.

Ketika memasuki ruangan analis ia terus menerus memegang hidungnya sambil mengeluarkan suara 
seperti terompet.

Ketika memasuki ruangan perawatan ia menyapa “selamat pagi” kepada analis dengan  riang gembira dan bersuara musik.

Kemudian sambil bersenandung dengan diam-diam ia melepaskan jaketnya dan menempatkan pada salah satu kursi.

Ia melangkah ke depan. Duduk dan masih sambil bersenandung dengan diam-diam ia melepaskan jaketnya. uang di saku serta cincin di jarinya.

Membungkuk membuka sepatunya dan menempatkan sepatu-sepatu itu berjejeran dengan rapi.

Mengambil sebuah foto mencium dan menempatkan foto tersebut ke dadanya.

Dan dengan bernafas lega ia berbaring di atas kasur ruang perawatan. Membalikkan sisi badannya. Perlahan.

Rasa penasaranku muncul. Aku menghampirinya dan secara perlahan-lahan mengambil foto yang berada di tangannya. Dan yang terlihat adalah foto seorang anak berusia sekitar 5 tahun tengah memeluk ibunya.

Beberapa menit aku terdiam dan akhirnya menyadari bahwa musikus ini ingin memerankan keinginannya untuk tidur dengan ibunya. Secara spontan aku mengambil catatan dari salah seorang psikiater dan terlihat:

Nama               : Muhammad Agus
Usia                 : 45 tahun
Mengidap penyakit insomnia kronis sejak berusia 40 tahun.

Aku mendekatinya dan melihat matanya. Mata yang di penuhi oleh kehampaan dan kesedihan.
Aku ingin memulai komunikasi dari hati ke hati
Lalu tiba-tiba..

“Oh… bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku…”

Kalimat dengan nada yang indah terlontar dari seorang musikus.
Tetiba air mataku menetes.


2 komentar: