Jumat, 04 November 2016

"Antara Nil dan Walannae"



By Google
Bulan purnama melayang pada samudra malam di atas bumi mesir yang sabar dan makmur di temani riak tenang sungai yang  di buai oleh gelapnya malam.

Malam itu di tengah deru nestapa dan rintik hujan ada secercah senyum kecil yang terlihat dari wajah seorang gadis manis. Senyum yang tidak biasa. Ia terus-menerus menyebut kata heka.

Sebuah kata yang memiliki makna kata yang sangat dalam baginya.

“Kak kata itu selalu terdengar di telingaku  seakan-akan membuatku ingin menjadi sosok Ankhnesneferibro”.

“Kau tahu dia kan? Ya dia seorang wanita penyihir di zaman dulu”.

“Aku ingin menyihir mereka dari berwatak binatang menjadi kembali ke asalnya. tentu saja kembali menjadi watak manusia. Aku tidak ingin sungai Nil ini menjadi titik puncak kesombongan manusia yang menyangka bahwa dirinyalah yang berkuasa atas segala sesuatu selama Nil berada di bawah kakinya katanya”.

“Kekuasaan dapat membuat manusia menjadi binatang tapi tidak denganmu Kak.Engkau bukan mereka.Engkau bukanlah kawan penjahat”.

Dan ini mesir kita. Nil kita.
Tenang. Dalam. dan tentunya suci.

Sesuci ibu yang telah melahirkan kita di antara cinta Sungai Nil dan Sungai Walannae.

Mempertemukan Ayah dan Ibu.
Antara Indonesia dan Mesir.

Aku sangat merindukan Ayah dan Ibu kak.

Aku ingin mereka tenang di sana setenang Sungai Nil dan Sungai Walannae.

Jadi ku mohon kembalilah seperti dulu kak.



Note:

·      Heka adalah sihir pada zaman mesir kuno

4 komentar: