Rabu, 09 Maret 2016

P.E.R.E.M.P.U.A.N

Aku melihatnya. Ia memakai gaun putih panjang menjuntai indah. Lembut. Riasan wajah yang sederhana tapi elok menggambarkan sesosok ratu yang menunggu jemputan rajanya. Dengan membawa sebuah ikatan bunga yang cantik ia tengah menunggu, menunggu kehadiran sang pangeran hatinya.

Pukul 10.00 WIB
Aku masih melihatnya

Pukul  11.00 WIB
Dia tengah duduk dengan manisnya

Pukul 12.00 WIB

Kulihat ia tengah gusar, entah apa yang dipikirkannya

“Nak, ini sudah pukul 12.00 malam, sedang menunggu siapa nak…???”

“Maaf pak, seharusnya tadi saya kesini pas kereta api nya tiba, saya mau menjemput orangtua saya pak, nah ternyata tanpa melihat jam, saya berlari kesini dan jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam”

Berbarengan saat melihat jam di handphone saya sms pemberitahuan pun masuk
Nak… kami tidak jadi berangkat malam ini karena nenekmu tiba-tiba sakit.
Ia tidak apa-apa ma…. Balasku.

“Maaf pak saya mau nanya perempuan yang disana itu (sambil nunjuk perempuan yang bergaun putih) kok masih disini?”

“Dia sedang menunggu suaminya nak… padahal sudah ada berita suaminya telah wafat pada saat melaksanakan tugas negara, suaminya seorang tentara, dia masih yakin suaminya masih hidup dan akan pulang, setiap malam dia berada disitu dengan pakaian pengantin lengkap nak….”

“Keluarganya tidak mencarinya pak?”

“Pasti nak tapi kamu tahu apa yang dia katakan???”

Ma…, Pa…Dini hanya punya satu permintaan, tolong jangan berprasangka buruk dengan suamiku, dia sedang bertugas…., dia baik-baik saja disana, dia tidak menghubungi aku karena sedang sibuk mengurus kewajibannya sebagai pembela negara.  dia pasti pulang, mama dan papa istirahat saja di rumah, nanti mama dan papa sakit biar aku yang menunggu suamiku disini. Aku baik-baik saja kok Ma dan ada pak Didin kok yang menemani saya disini.

"Kabar kematiannya kapan pak, pas setelah akad nikah suaminya pergi? atau bagaimana pak?"
"Kabarnya...suaminya ada panggilan tugas sehari setelah ia menikah dan tidak sampai 24 jam setelah keberangkatannya kabar kematiannya pun terdengar..."

Bapak penjaga terminal kereta api ini begitu fasih menceritakan kisah perempuan itu dan aku tak bisa berkata apapun tetiba mataku melihat ke arah perempuan malang itu.



6 komentar: