Selasa, 01 Maret 2016

"Maafkan Bapak Nak Part 1"



Aku terlahir sebagai anak tunggal, setiap hari aku membantu ibu menjajakan kue buatannya ke warung-warung langganannya, setelah itu dengan pakaian seragam lusuhku aku berlari sekencang-kencangnya untuk sampai ke sekolah.

Hari ini hari senin pagi, 1 November 2014
“Kenapa kamu terlambat?” Kata guruku
“Maaf, pak”
Tetiba sebuah cambukan melayang ke arahku
Prakk
“Aduh sakit” (ucapku lirih)

8 November 2014
“Kenapa kamu terlambat?” Kata guruku
“Maaf, pak”
Tetiba sebuah cambukan melayang ke arahku
Prakk
“Aduh sakit” (ucapku lirih)

15 November 2014
“Kenapa kamu terlambat? “Kata guruku
“Maaf, pak”
Tetiba sebuah cambukan melayang ke arahku
Prakk
“Aduh sakit” (ucapku lirih)

Begitu seterusnya....
Hingga pada akhirnya ku melihat sesosok anak yang berseragam sekolah, berpakaian lusuh, menjajakan makanannya ke warung yang berada di dekat rumah, waktu itu aku sedang memanaskan motor untuk bersiap diri memenuhi kewajibanku sebagai guru sekolah dasar.

“Ha.. ternyata anak yang sering terlambat itu menjajakan kuenya sebelum ke sekolah, Astaghfirullah ternyata selama ini aku salah sangka, maafkan bapak nak….

“Ada tabrakan, ada tabrakan”

Seketika itu pula aku beranjak dari aktivitasku dan melihat manusia-manusia yang telah bergerumul, ingin melihat siapa yang ditabrak tadi.

“permisi pak,permisi….”

Aku melihat sesosok  yang tak asing lagi, berseragam lusuh dengan beberapa kue yang berserakan.
“Ya Allah…. Dia muridku…. Innalillahiwainnailaihi roji’un….”
“Ya Allah nak, bapak belum sempat minta maaf”

Dan dalam genggamanya terlihat…

Kepada Bapak Ahmad

Assalamu ‘alaikum pak saya memohon maaf, selama ini saya suka terlambat, saya kasihan melihat ibu saya, sejak waktu subuh beliau telah beranjak dari tempat tidurnya untuk membuat kue, saya tidak tega melihatnya pak, ibu sudah capek-capek bekerja, selain itu ibu saya juga bekerja dari pukul 08.00 malam sampai pukul 04.00 subuh pak, saya sangat kasihan dan sayang sama ibu saya, kumohon bapak jangan marahi ibu saya, ibu saya sudah banting tulang menyekolahkan saya, membelikan apa-apa yang saya inginkan, saya menjajakan kue ini agar ibu saya tidak bekerja lagi di malam hari dan agar ibu saya bisa menemani saya di rumah. Mohon maaf pak saya hanya bisa mengutarakannya lewat tulisan karena saya takut sama bapak. Sekali lagi saya mohon maaf pak.

Dari   :  Andi

“ Membaca surat dari anak itu tiba-tiba air mata saya menetes”

Tetiba terdengar suara sayup-sayup

“Eh itu khan anaknya si Desi, si pelacur itu”
“huss jangan ribut !!!”

Tanpa pikir panjang  dan dibantu tetangganya saya langsung membawa jenazah anak ini ke bilik sederhananya.

“Maafkan bapak nak….”jerit bathinku


Sumber Gambar :  nendangbanget.net

4 komentar:

  1. Huwaaa... ceritanya keren, Mbak. Saya suka banget. Alurnya bikin saya melotot dan terkadang deg-degan juga. Cerdas membuat si tokoh berkarakter..

    Kalau bisa dibuat cerbung. Atau cerita yang lebih panjang dari ini.

    Sukses ya.. terima kasih sudah menginspirasi, di pagi yang tidak begitu cerah ini!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin terima kasih banyak mbak.. sama sama mbak.. mash perlu banyak belajar hehehe

      Hapus
  2. Tuh kan akibat dari suudzon

    BalasHapus