Jumat, 11 Maret 2016

"Sekolahku"

Tak terasa delapan bulan ini aku sudah menjadi bagian dari tenaga pendidik, bagiku menjadi tenaga pendidik adalah sebuah pekerjaan yang tidak mudah sebab jika kita tidak sengaja salah dalam berucap ataupun salah dalam tingkah laku maka anak didik kita akan senantiasa mengikutinya.

Bagiku  menjadi tenaga pendidik seharusnya disertai dengan latar belakang “pendidikan” agar tidak salah arah, Allah mungkin telah menakdirkanku sebagai tenaga pendidik yang telah DIA tulis dalam kitab Lauhul Mahfudz jauh sebelum bumi dan langit diciptakan.

Pendidikan Anak Usia Dini, ya… disinilah aku ditakdirkan, dipertemukan dengan bocah-bocah imut, lucu, menggemaskan, amat sangat nakal  nan dirindukan. Disinilah kesabaranku diuji dan ditempat ini pulalah aku belajar menjadi ibu bagi anak-anakku kelak Insya Allah.

Sekolah ini bernama Sekolah Dunia Anak Islam bertempat di Kota  Makassar, Sulawesi Selatan.  Di tempat inilah saya yang hanya dari jurusan non pendidikan diterima dan dipercaya menjadi tenaga pengajar.

Add caption

Dengan menyebut nama Allah, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 2015 saya menginjakkan kaki di sekolah ini.

“Assalamu ‘alaikum bu…”
“Wa’alaikum salam”
“Dengan ibu irma? Yang akan mengajar disini?”
“Iya bu’, Insya Allah” ucapku

Sapaan yang indah dan santun dari seorang guru yang telah lama mengabdikan dirinya di sekolah ini, beliau kemudian mengajakku memasuki ruangan kelas dan mempersilahkan mengambil posisi untuk mengajar, dengan perasaan deg-degan dan jantung hampir copot aku pun hanya tersenyum dan mengatakan :”iya bu, terima kasih…”

“Ayo tuliskan bu guru, tuliskan pada diriku ini apa yang engkau ketahui, didik anak muridmu dengan baik dan benar, dan tentunya dengan kebijaksanaan, ajarkan mereka tentang aqidah dan akhlak, kedua hal ini sangat penting bagi mereka, agar mereka menjadi anak sholeh dan sholehah hingga kelak mereka dewasa Insya Allah, dan tentunya menjadi amal jariyah untukmu….”

“Ibu guru dengan engkau memegang diriku  dan menuliskannya pada papan tulis maka akupun mendapat pahala dengan idzin Allah tentunya.

Seolah-olah papan tulis dan spidol ini memiliki ruh dan ingin mentransfernya dengan cara mengungkapkan kegelisahannya agar bisa menjadikan akhlak dan aqidah ini terdepan pada diri anak didik di sekolah ini.

Papan tulis dan spidol ini menetap pada sebuah ruangan sederhana dengan kurang lebih hanya beberapa kursi di dalamnya, satu meja, tiga buah lemari penyimpan buku dan sebuah cermin yang terpajang pada dinding ruangan itu.

Disinilah mereka belajar
Disinilah mereka kadang bertengkar
Dan disini pulalah saya juga belajar
Menghadapi beragam karakter
Serta Untuk melahirkan anak-anak didik yang sholeh dan sholehah
Insya Allah, Aamiin…

NB: papan tulis,cermin, lemari dan spidolnya tak terpoto, maap yak…^^.. ini karena fotonya dadakan dtransfer dari hape teman baru malam ini. maafff saya selalu melupakan untuk mengabadikannya.. maafkan daku....




2 komentar:

  1. Waaaah Asik yaaa, Mbak.. setiap hari bermain dan belajar sama mereka, anak-anak yang luar biasa.

    BalasHapus