Senin, 22 Februari 2016

"Hanya Asa"

“ Diriku tak ubahnya seorang Robot yang di perintah kesana kemari, pukul 4 subuh melaksanakan perintah sebagai“Jongos” bagi keluarga ini dan  hanya untuk menggugurkan kewajiban sebagai anak, anak yang terlahir dari keluarga sederhana yang dititipkan pada keluarga berdarah biru ini, dimana setiap subuh saya seperti mendengar teriakan-teriakan yang sangat memekakkan telinga".

                “…. Bangun, bangun sudah pukul 4, masak nasi, masak air, gorengan telur dadar untuk Dara, Yoga, dan Nina, dan eh jangan lupa buat nasi goreng untuk Pamanmu”

Kewajiban seorang  keponakan bagaikan tumpukan batu seberat dua puluh kilo bahkan sangat lebih yang berada di pundakku, ke sekolah dengan keadaan masih di bawah alam sadar seperti dibangunkan dari alam surga ke alam neraka.

                “Eh kamu telat lagi telat lagi, sana berdiri depan pintu”

Pemandangan Alam yang indah, mentari yang tersenyum padaku, pepohonan yang rindang, sekelompok burung yang sedang menikmati keindahan alam atau sedang mencari “sesuap kehidupan” teruntuk anak-anaknya, sebuah keluarga kecil dengan bahagianya menikmati Ciptaan-Nya.


                “Mon aku ingin terbang melihat dunia, berkeliling sesuka hatiku, melihat jiwa-jiwa beraneka ragam, jiwa yang sedang merindukan bulan, jiwa yang sedang menikmati secangkir teh hangat bersama belahan jiwanya, jiwa yang terkungkung di tengah keramaian, jiwa yang sedih di tengah kegembiraannya, jiwa yang tengah berada di pelukan orangtuanya. Aku ingin melihat itu mon”, ingin melihat..

                “Aku berada pada jiwa yang mana yach Mon??

Kalau saja aku bisa memilih, aku ingin mereka memperlakukan aku sebagai anak kandungnya.itu saja

"Teng..Teng..Teng..."

" Eh bangun-bangun sudah jam pulang, bel sudah berbunyi”        

“Ah andai “Doraemonku” berada di kehidupanku.."


Sumber Gambar : mitra-ihsan-sejahtera.com

4 komentar:

  1. Kakak mau krisan ya? Baiklah mungkin saya harus kelihatan sok tahu...(hehe):

    Menurut saya:

    1. Di paragraf pertama => diberi tanda petik dua di awal, saya cuma rada bingung kok cuma di awal? Tanda petik buat nutup tanda petik yang pertama dimana? Paham tidak ya kira-kira...?

    2. dara, yoga, dan nina => apakah ini nama orang? Sekalipun nama-nama itu nama ayam tetangga diawali dengan huruf kapital, hehe.

    3. paman mu” => pamanmu (paman dengan mu-nya digabung), terus menurut saya lagi nih minimal ada tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya, sebelum tanda petik dua, contoh begini: pamanmu."

    4. Syurga => setahu saya sih surga (ini cuma masalah kata baku dan tidak)

    5. “eh kamu Telat lagi Telat Lagi, sana berdiri depan pintu” => saya ubah semuanya menjadi: "Eh, kamu telat lagi, telat lagi, sana berdiri di depan pintu!"

    6. Sebenarnya, ada beberapa kata yang menurut saya seharusnya tidak diawali huruf kapital jadi diawali huruf kapital:
    - Nasi Goreng => (cukup) nasi goreng
    - Alam => alam
    - "Sesuap Kehidupan" => (untuk soal ini saya kurang tahu, tapi menurut saya bukannya lebih bagus hanya) sesuap kehidupan
    - Ciptaan-Nya => ciptaan-Nya
    - Dunia => dunia
    - Jiwa => jiwa

    7. Setiap awal kalimat, kata pertamanya diawali huruf besar.
    Nah, contoh begini:
    teng..teng..teng... => Teng... Teng... Teng... (bukankah lebih baik seperti ini?)

    8. Setiap kalimat langsung (yang ada tanda-tanda kehidupannya berupa tanda petik dua) diawali huruf kapital, contoh:

    " eh bangun-bangun sudah jam pulang, bel sudah berbunyi”
    => "Eh, bangun-bangun, sudah jam pulang, bel sudah berbunyi," ujar si Ucok menyenggol-senggol siku tanganku. (jadi ceritanya lain, hehe).

    “ah Andai “Doraemonku” berada di kehidupanku.."
    => "Ah, andai 'Doraemonku' berada di kehidupanku...," ucapku tersedu-sedu. (ceritanya berubah lagi, hehe)

    Intinya, saya cuman berbagi sepengetahuan saya saja, mudah-mudah bisa jadi bahan pelajaran...

    BalasHapus
  2. Terima kasih banyak audrey ^ ^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soalnya kan Kak Irma minta krisan dan menurut saya masih banyak yang perlu diedit jadi sekalian deh...

      Hapus
  3. Super sekali Audrey.

    Betul, Mbak Irma.. tanda baca dalam cerpen sangat penting. Karena berhubungan dengan intonasi saat membacanya. Jado orang juga enak bacanya..

    Buka panduannya aja.. browsing di wikipedia jg banyak ttg cara penulisan.

    Maksudnya biar nambah2in dari Audrey juga.. biar kesana2nya lebih ciamik.

    Overall.. udah keren banget. Saya jg masih belajar kalau nulis cerpen mah, hehehe

    BalasHapus